Tahukah kalian apa itu Warkop? Pasti kalian salah artiin kalau itu tempat nongkrong para mahasiswa yang mau ngopi. Tapi jangan salah, kali Warkop satu ini beda banget, ini adalah Grup Lawak Mahasiswa yang terkenal dari Radio Prambors Jakarta. Mengapa mereka terkenal? karena mereka ngelawak di program radio yang pada saat itu berjudul "Obrolan Malam Jumatan" yang hadir dari tahun 1973 hingga selesai tahun 1980.
Grup lawak ini beranggotakan 3 orang pada awal pembentukannnya di tahun 1973, mereka adalah Rudi Badil (1948-sekarang), Kasino Hadiwibowo (1950-1997) & Nanu Mulyono (1952-1983). Disusul kemudian ada 2 orang personel tambahan, yaitu Wahyu Sardono (1951-2001) yang bergabung sejak tahun 1974 & Indrojoyo Kusumonegoro (1958-sekarang).
Kelima personel ini main peran di acara Obrolan Malam Jumatan, misalnya Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari
Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli
Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli
Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio
Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar,
dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun
menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk
mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan
Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena
demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok
dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono
mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus
menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat
anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih
pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang
prom nite)
SMA IX Jakarta yang diadakan di Hotel Indonesia.
Semua personel gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa
dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa pada tahun
1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang
transport sebesar Rp20.000. Uang itu dirasakan para personel Warkop
besar sekali, namun akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman
mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung,
kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata
hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan
Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup
PSP,
yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai
meroket, sekitar Rp 1.000.000,00 per pertunjukan atau dibagi empat orang,
setiap personel mendapat Rp 250.000,00.
Mereka juga jadi dikenal lewat nama
Dono-Kasino-Indro atau
DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota).
Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi
tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka
harus mengirim royalti
kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian
mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik
upeti itu.
Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek,
walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu.
Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI
tepatnya jurusan
Sosiologi.
Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara
perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain
melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga
akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta
alam
Mapala UI.
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film
komedi
yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personel
Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per
satu
film
untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun
mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an
yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut
Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya
Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Dalam era
televisi swasta
dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial
televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama
walaupun Kasino tutup usia pada tahun
1997. Setelah Dono juga meninggal pada tahun
2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal tahun
1983 karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat
kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah
mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar
betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok
mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya
membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini
kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu
Tubagus Dedi Gumelar alias Miing
Bagito.
Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan
kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan
bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar
tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu
sekalipun seperti menyetrika kostum para personel Warkop. Ini dilakukan
Miing dengan serius, karena ia sadar di sinilah pembelajaran
profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset
warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak
sendiri bersama
Didin (saudaranya) dan
Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama
Bagito (alias
Bagi Roto).
Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari
Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors adalah acara
radio yang disiarkan di radio
Prambors. Acara ini diisi oleh
Warkop Prambors, yaitu Nanu (
Nanu Mulyono), Rudy (
Rudy Badil), Dono (
Wahjoe Sardono), Kasino (
Kasino Hadiwibowo) dan Indro (
Indrodjojo Kusumonegoro).
Dalam perkembangan Warkop DKI telah melahirkan beberapa diskografi, yaitu:
- Kaset 01 Cangkir Kopi (warkop Live di Palembang/Plaju, masih ada Nanu)
- Kaset 02 Warung Tenda (masih ada Nanu)
- Kaset 03 Mana Tahan
- Kaset 04 Gerhana Asmara (bersama Srimulat)
- Kaset 05 Pengen Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
- Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
- Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono
dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
- Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, Dono dan Kasino sebagai warga)
- Kaset 09 Makin Tipis Makin Asyik (Indro sebagai pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)
Tak hanya sampai di diskografi, tapi juga Film Warkop selama 15 tahun terakhir (1979-1994).
Kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional
karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik karya
komponis
Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film.
Pembuatan dan peredaran film setahun dua kali diperuntukkan masa edar
bioskop-bioskop utama di Indonesia dengan masa tayang awal bertepatan
dengan libur Hari Raya Idul Fitri dan malam pergantian tahun.
[3]
- Mana Tahaaan... (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi dan Kusno Sudjarwadi
- Gengsi Dong (1980) bersama Camelia Malik, Zainal Abidin dan M. Pandji Anom
- GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa dan Itje Trisnawati
- Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi dan Dorman Borisman
- Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz, Dorman Borisman dan A. Hamid Arief
- IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Bokir
- Setan Kredit (1982) bersama Minati Atmanegara, Nasir dan Alicia Djohar
- Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan M. Pandji Anom
- Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar dan Pietrajaya Burnama
- Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us
- Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us
- Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih
- Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us.
- Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Lia Warokka, Leily Sagita dan Kaharuddin Syah.
- Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Advent Bangun
- Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara
- Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami dan Wolly Sutinah
- Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik
- Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina, Susy Bolle dan Timbul
- Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok dan Didik Mangkuprojo
- Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman dan Nia Zulkarnaen
- Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin, Suyadi dan Sherly Malinton
- Godain Kita Dong (1989) bersama Lisa Patsy, Ida Kusumah dan Tarsan
- Sabar Dulu Doong...! (1989) bersama Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz
- Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin, Zainal Abidin dan Sally Marcellina
- Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fortunella dan Hengky Solaiman
- Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton
- Bisa Naik Bisa Turun (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella, Fritz G. Schadt dan Gitty Srinita
- Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina
- Salah Masuk (1992) bersama Fortunella, Gitty Srinita, Tarida Gloria dan Angel Ibrahim
- Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati
- Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari
- Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita dan HIM Damsyik
- Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina, Pak Tile dan Taffana Dewi
Sampai jumpa laman blogku kali ini, kita jumpa lagi besok-besok. Tapi tak lihatin foto-foto personelnya:
Wahyu Sardono alias Dono Warkop (Aktif dari tahun 1974 hingga beliau tutup usia pada tahun 2001).
Indrojoyo Kusumonegoro alias Indro Warkop (Aktif dari tahun 1976 hingga Warkop resmi bubar pada tahun 2002).
Kasino Hadiwibowo alias Kasino Warkop (Aktif dari tahun 1973 hingga akhir hayatnya pada tahun 1997).
Logo Resmi Warung Kopi Dono Kasino Indro (WARKOP DKI).
Potret Personel Warkop DKI (dari Intro Warkop DKI the Series pada tahun 1997-1998).
Potret Personel Warkop DKI (dari buku Warkop: Main-main Jadi Bukan Main).
Potret Personel Warkop DKI (dari film Sudah Pasti Tahan (1991)).
Potret Personel Warkop DKI (dari Intro Warkop DKI the Series pada tahun 1995-1997).
Pokoknya Puas-puasin membaca dan yang penting ingat slogannya,
Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang serta KOMPOR GAS.
Referensi :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop
- https://id.wikipedia.org/wiki/Obrolan_Santai_di_Warung_Kopi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop_Prambors
- https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop_DKI