Jumat, 04 September 2015

Warung Kopi Prambors (WARKOP PRAMBORS) menjadi Warung Kopi Dono Kasino Indro (WARKOP DKI)

Tahukah kalian apa itu Warkop? Pasti kalian salah artiin kalau itu tempat nongkrong para mahasiswa yang mau ngopi. Tapi jangan salah, kali Warkop satu ini beda banget, ini adalah Grup Lawak Mahasiswa yang terkenal dari Radio Prambors Jakarta. Mengapa mereka terkenal? karena mereka ngelawak di program radio yang pada saat itu berjudul "Obrolan Malam Jumatan" yang hadir dari tahun 1973 hingga selesai tahun 1980.

Grup lawak ini beranggotakan 3 orang pada awal pembentukannnya di tahun 1973, mereka adalah Rudi Badil (1948-sekarang), Kasino Hadiwibowo (1950-1997) & Nanu Mulyono (1952-1983). Disusul kemudian ada 2 orang personel tambahan, yaitu Wahyu Sardono (1951-2001) yang bergabung sejak tahun 1974 & Indrojoyo Kusumonegoro (1958-sekarang).

Kelima personel ini main peran di acara Obrolan Malam Jumatan, misalnya Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).

Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMA IX Jakarta yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa pada tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000. Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
 
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP, yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000,00 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel mendapat Rp 250.000,00.

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu.

Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia pada tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal pada tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal tahun 1983 karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.

Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personel Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar di sinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).

Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors adalah acara radio yang disiarkan di radio Prambors. Acara ini diisi oleh Warkop Prambors, yaitu Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro).

Dalam perkembangan Warkop DKI telah melahirkan beberapa diskografi, yaitu:
  • Kaset 01 Cangkir Kopi (warkop Live di Palembang/Plaju, masih ada Nanu)
  • Kaset 02 Warung Tenda (masih ada Nanu)
  • Kaset 03 Mana Tahan
  • Kaset 04 Gerhana Asmara (bersama Srimulat)
  • Kaset 05 Pengen Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
  • Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
  • Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
  • Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, Dono dan Kasino sebagai warga)
  • Kaset 09 Makin Tipis Makin Asyik (Indro sebagai pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)
Tak hanya sampai di diskografi, tapi juga Film Warkop selama 15 tahun terakhir (1979-1994).
Kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik karya komponis Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film.
Pembuatan dan peredaran film setahun dua kali diperuntukkan masa edar bioskop-bioskop utama di Indonesia dengan masa tayang awal bertepatan dengan libur Hari Raya Idul Fitri dan malam pergantian tahun.[3]
  1. Mana Tahaaan... (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi dan Kusno Sudjarwadi
  2. Gengsi Dong (1980) bersama Camelia Malik, Zainal Abidin dan M. Pandji Anom
  3. GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa dan Itje Trisnawati
  4. Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi dan Dorman Borisman
  5. Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz, Dorman Borisman dan A. Hamid Arief
  6. IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Bokir
  7. Setan Kredit (1982) bersama Minati Atmanegara, Nasir dan Alicia Djohar
  8. Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan M. Pandji Anom
  9. Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar dan Pietrajaya Burnama
  10. Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us
  11. Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us
  12. Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih
  13. Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us.
  14. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Lia Warokka, Leily Sagita dan Kaharuddin Syah.
  15. Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Advent Bangun
  16. Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara
  17. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami dan Wolly Sutinah
  18. Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik
  19. Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina, Susy Bolle dan Timbul
  20. Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok dan Didik Mangkuprojo
  21. Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman dan Nia Zulkarnaen
  22. Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin, Suyadi dan Sherly Malinton
  23. Godain Kita Dong (1989) bersama Lisa Patsy, Ida Kusumah dan Tarsan
  24. Sabar Dulu Doong...! (1989) bersama Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz
  25. Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin, Zainal Abidin dan Sally Marcellina
  26. Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fortunella dan Hengky Solaiman
  27. Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton
  28. Bisa Naik Bisa Turun (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella, Fritz G. Schadt dan Gitty Srinita
  29. Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina
  30. Salah Masuk (1992) bersama Fortunella, Gitty Srinita, Tarida Gloria dan Angel Ibrahim
  31. Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati
  32. Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari
  33. Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita dan HIM Damsyik
  34. Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina, Pak Tile dan Taffana Dewi
Sampai jumpa laman blogku kali ini, kita jumpa lagi besok-besok. Tapi tak lihatin foto-foto personelnya:
Wahyu Sardono alias Dono Warkop (Aktif dari tahun 1974 hingga beliau tutup usia pada tahun 2001).
Indrojoyo Kusumonegoro alias Indro Warkop (Aktif dari tahun 1976 hingga Warkop resmi bubar pada tahun 2002).
Kasino Hadiwibowo alias Kasino Warkop (Aktif dari tahun 1973 hingga akhir hayatnya pada tahun 1997).

 Logo Resmi Warung Kopi Dono Kasino Indro (WARKOP DKI).
Potret Personel Warkop DKI (dari Intro Warkop DKI the Series pada tahun 1997-1998).
Potret Personel Warkop DKI (dari buku Warkop: Main-main Jadi Bukan Main).

Potret Personel Warkop DKI (dari film Sudah Pasti Tahan (1991)).
Potret Personel Warkop DKI (dari Intro Warkop DKI the Series pada tahun 1995-1997).







Pokoknya Puas-puasin membaca dan yang penting ingat slogannya, Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang serta KOMPOR GAS.

Referensi :
  1.  https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop
  2.  https://id.wikipedia.org/wiki/Obrolan_Santai_di_Warung_Kopi
  3.  https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop_Prambors
  4.  https://id.wikipedia.org/wiki/Warkop_DKI
  5.  

2 komentar:

  1. What are the best casinos to play in 2021?
    Which casinos offer slots? — Casino Sites. Best casino sites are those that allow septcasino players 출장안마 to try a game from casinosites.one anywhere. The most 메이피로출장마사지 common online nba매니아 slots

    BalasHapus